Sosialisasi di Gedung DPRD Kudus, Lestari Moerdijat Berbicara Tentang Krisis Multidimensi

Kudus, Nasional151 Dilihat

KUDUS – Waketum MPR RI Lestari Moerdijat (yang akrab disapa Rerie) menekankan bahwa kebhinekaan adalah modal sosial terbesar bangsa Indonesia untuk menghadapi krisis multidimensi. Pesan ini disampaikannya saat memberikan sosialisasi Empat Pilar MPR RI secara virtual kepada ratusan anggota Forum Komunikasi Disabilitas Kudus (FKDK).

Acara yang berlangsung di Gedung Pertemuan DPRD Kabupaten Kudus pada Minggu (7/12/2025) menjadi kesempatan untuk memperkuat kembali nilai-nilai kebangsaan di tengah tantangan yang datang dari dalam dan luar negeri.

Dalam pidatonya, ia mengingatkan bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis yang meliputi berbagai aspek. Faktor internal seperti menurunnya penghargaan terhadap kemajemukan dan pemahaman agama yang sempit, serta faktor eksternal berupa globalisasi dan persaingan antar bangsa, adalah tantangan yang nyata.

“Mau atau tidak mau, sadar atau tidak sadar, kita harus menyadari bahwa saat ini kita berhadapan dengan krisis multidimensi. Isu SARA, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama jika terus didiamkan akan membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara,” ujar dia.

Oleh karena itu, ia menegaskan perlunya membangun National Character Building melalui empat konsensus kebangsaan: Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Secara khusus, ia menyoroti pilar Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar yang menyatukan bangsa di tengah keragaman geografis dan demografis yang luar biasa.

“Kita memiliki lebih dari 13.700 pulau, ratusan suku bangsa, dan keragaman budaya. Letak geografis dan bentang alam yang berbeda ini sesungguhnya bukan kelemahan, melainkan kekuatan yang memperkaya kebinekaan kita,” tegasnya.

Politisi Partai NasDem ini menjelaskan bahwa keberagaman harus dipandang sebagai modal untuk membangun bangsa yang maju dan sejahtera. Ia memperingatkan bahwa jika keberagaman tidak dikelola dengan baik dalam bingkai persatuan, hal itu akan menimbulkan konflik dan perpecahan.

“Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi pada hakikatnya satu. Kesatuan adalah upaya untuk mempersatukan perbedaan suku, adat istiadat, ras, dan agama untuk menjadi satu yaitu bangsa Indonesia,” tambahnya.

Menutup pidatonya, Lestari mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk teman-teman disabilitas di Kudus, untuk terus menjaga persatuan dalam mengisi kemerdekaan demi mencapai keadilan sosial.

“Mempertahankan persatuan dan kesatuan adalah sebuah keniscayaan. Berbeda-beda dan bersatu mengisi perjuangan adalah mandat yang diberikan para founding fathers kepada kita sebagai penerus bangsa,” pungkasnya.

(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *