Puisi-puisi Ilham Wiji Pradana – Segelas Teh

Sastra188 Dilihat

SEGELAS TEH 

 

Di musim kemarau

Kami (ayah & ibu)

menghabiskan

senja dengan ngobrol ringan.

Tentang tujuan hidup

Tentang menghilangkan rasa stres,

dan sedikit pegal.

 

Kami melihat langit

langit berwarna.

Kami membayangkan

“suatu ketika’’, dst.

Tanaman-tanaman kecil

di dekat kami ngobrol dihempas angin.

 

Kami membayangkan;

Jika tubuh kami serupa tanaman itu

Akan kah tumbang atau-kah stres?

(2023)

 

RUMAH IMPIAN

Sebuah tempat tinggal

adalah keinginan.

Bermimpi;

mempunyai rumah
tempat untuk istirahat,
bekerja dan membaca.

Yang biasa-biasa saja.

Ada sepasang pohon mangga
(kanan-kiri).

Tempat burung-burung kecil pulang.

Dan; banyak warna bunga kamboja

atau melati tempat makan serangga.

Tak lupa; sepasang tempat duduk

atau beberapa pasang.
yang nantinya untuk mempersilahkan
dan menjamu tamu.

(2023)

 

MENGEJA HURUF-HURUF HIJAIAH

 

Di depan masjid; bangunan baru.

Pukul 14.00, anak-anak tersenyum,

Bermain bersama temannya.

 

Tempat baru itu;

anak-anak bersuara lantang

atau nyaring dan serentak

mengucapkan alif, ba, ta, tsa, dst.

 

Semakin lantang mereka

mengeja huruf-huruf hijaiah.

Guru-pun tersenyum.

 

Hari telah senja.

(2023)

 

 

PENANTIAN

 

Dermaga begitu luas

Menampung segala beban.

Orang-orang pulang

bercerita pengalaman sedih dan bahagia.

(mereka lupa, mereka akan segera pulang)

 

Di dermaga-Mu;

sejenak merunduk dan berdoa.

Semoga dan tersemogakan.

 

“Amin”

(2023)

 

 

TUBUH I (satu)

 

Di dekat jendela

Membuka beberapa buku puisi,

Mencoba menulis. Kesulitan.

Dibuang, dibakar dan dihilangkan

dari kenyataan. Tak sanggup menulis.

Tubuh ini terlalu lelah. Istirahatlah.

(2023)

 

Ilham Wiji Pradana. Lahir dan berkarya di Pati, Jawa Tengah. Alumnus IAIN Kudus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed