TUTURMEDIA.COM – Masyarakat Madura menggemparkan khalayak orang dalam memahami makna-makna tersirat dari setiap bait paparegan masyarakat Madura. Pusat kemajuan Madura dipandang dari arah selatan masyarakat Madura . Budaya Madura saat ini menjadi fokus perhatian lantaran musikalisasi lagu Madura dengan koreografi yang sangat menarik. Lirik lagu atau syair dipandang sebagai salah satu karya seni bersifat tertulis yang berbentuk seperti puisi . Paparegan masyarakat Madura adalah pantun Madura yang dijadikan lirik lagu yang isinya bersifat hayalan akan tetapi memiliki kandungan makna dan nilai yang jelas .
Sastra mempunyai estetika, dan estetika merupakan cabang filsafat yang mempelajari dan membahas seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya. Menambahkan estetika pada sastra adalah bagian dari trilogi: teori kebenaran, moralitas, dan estetika. Estetika adalah teori yang mencakup (1) studi tentang apa yang indah, (2) studi tentang prinsip-prinsip yang mendasari seni, dan (3) pengalaman yang terkait dengan seni, pembuatan seni, melihat seni, atau apresiasi seni. Seni dikatan mempunyai keindahan atau nilai astetika apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Mengekspresikan emosi dan intuisi, 2) Mengobjektifikasi keindahan kesenangan 3). Keindahan sebagai cerminal akal, 4). Ekspresi akal dan rasa pengalaman.
Sastra Madura pertama kali muncul di kalangan sastra Indonesia sekitar tahun 1960-an melalui kontribusi dua orang Madura (M. Fudri Zaini dan Iskandar Zulkarnaen) yang karyanya dimuat di majalah Sastra dan Horizon. Munculnya sastra Madura dalam sastra Indonesia bermula ketika suatu fakta sejarah terjadi dalam sastra Indonesia. Itu adalah perseteruan antara penulis komunis yang tergabung dalam Lekla dan LKN dengan penulis pendukung organisasi Islam (Lesbhumi) dan asosiasi penulis yang didirikan NU. Namun sastra lokal Madura yang menggunakan bahasa Madura sebagai bahasanya tetap menjadi kearifan masyarakat Madura setempat.
Sastra lokal dalam bahasa Madura kuno disebut Bidal. Menurut Sadiq, Bidal merupakan sastra Madura kuno yang menggunakan kalimat-kalimat pendek yang mengandung sindiran dan kiasan. Digitalis juga muncul dalam Bhuppa’, Bhâbhu, Guru, Rato dan bahkan Alquran. Dilihat dari bentuknya, Bidal itu berupa peribahasa, pepatah, kata bijak.
Perkembangan sastra Madura hingga saat ini tidak terlepas dari peran pesantren dalam melestarikan dan menjaga kompetensi bahasa khususnya bahasa Indonesia, bahasa ibu sastra Indonesia. M. Mushtafa, M. Maimon Shamsuddin, Abdul Wahid Hasan, Ahmad Salila, Juwayriya Hashim, Raedu Basha, Bernand J. Sujibhut dan penulis Madura lainnya telah menulis tentang dunia pesantren yang menjadikan tanah Madura dan kearifan lokalnya berkelas dunia.
Ruang lingkup sastra Madura juga memiliki kekhasan dan rona sastra yang tentunya berbeda dengan karya sastra lainnya, baik lokal maupun nasional. Beberapa pemerhati sastra dan budaya kian bermunculan memberikan wajah baru bagi Madura. Melalui peranan media, seperti Internet Blogging dan layanan internet lainnya dapat dikatakan mempermudah para sastrawan dan budayawan untuk menghidupkan kearifan lokal Madura melalui karya-karyanya. Sajak-sajak para pujangga dan pemerhati sastra dan budaya lokal Madura dapat ditemukan di berbagai situs web, seperti arsip penyair madura, wordpress.com, mojok.co, basabasi. co, lontar madura.com, dan lain sebagainya.
Penulis: Widayatul Wilda Al-Aluf
Referensi
Anoegrajekti, Novi, Heru S.P. Saputra, Titik Maslikatin, and Sudartomo Macaryus, eds. Sastra Dan Perkembangan Media. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2018.
Raditya, Ardhie. “Ojhung Di Atas Bukit: Budaya Magis Orang Madura Utara.” Ghancaran: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia 4, no. 1 (July 13, 2022): 1–20. https://doi.org/10.19105/ghancaran.v4i1.6099.
Sama, and Debrine Stefany. “Struktur Nilai Lokalitas Paparegan Madura Sebuah Alternatif Budaya Untuk Siswa Sekolah Dasar.” Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar III, no. 2 (February 2, 2019): 168–77. https://doi.org/10.23969/jp.v3i2.1132.
Setiawan, Hendro Eko, and Ziana Walidah. “Struktur Wacana Dan Pesan Dakwah Pada Lagu Lawlaka Maher Zaen.” Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra 15, no. 2 (2020): 159–73. https://doi.org/https://doi.org/10.14710/nusa.15.2.159-173.
Supratman, Muhammad Tauhed. Humanitas Madura (Kajian Sosiologi Sastra Lisan). Edited by Aditya K. Putra. Cetakan pe. Surakarta: CV Oase group, 2019.