Tuturmedia.com, Pati – Marching Band Bahana Swara (MBBS) MA Salafiyah Kajen turut memeriahkan kirab budaya dalam rangka haul Syekh Ahmad Mutamakkin di Desa Kajen dengan membawakan tema “Hanuman Duta” pada Jumat (28/07/2023).
Dikutip dari kanal YouTube MBBS Official, Chairul Abrar selaku pembina MBBS dalam naskah sambutan wali kelas yang menjadi cikal bakal tema tersebut menerangkan, tema ini terinspirasi dari lagu “Hanuman Duta” atau “Anoman Obong” yang menceritakan tentang Hanoman,
seekor monyet putih utusan kerajaan yang memiliki misi untuk menyelamatkan permaisuri raja yang diculik dan dikurung di Kerajaan Alengka. Meski ketahuan, Hanoman tidak terluka saat dihukum dibakar di tiang pancang berkat kesaktiannya.
Bahkan berhasil melarikan diri dan membakar Kerajaan Alengka serta menghabisi ribuan tentara yang menghadangnya.
“Judul lagunya Anoman Obong. Sang monyet putih bernama Hanoman yang menjadi tokoh utama. Bukan Rama, sang raja, seperti dalam film-film laga tahun 90-an ataupun pertunjukan wayang yang populer. Hal inilah yang membuat saya tertarik menyimak lagu dari awal sampai akhir,” terangnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, Hanoman sebagai tokoh marginal juga merupakan simbol untuk mengingatkan akan keberanian rakyat jelata yang seringkali terpinggirkan dan ditindas.
Dengan kesabaran, kerendahan hati, dan keberanian sebagai monyet, Hanoman mendapatkan restu dan titah untuk menumpas kejahatan Rahwana.
“Kerajaan Ayodhya yang lestari di kemudian hari adalah berkat peran penting para monyet, rakyat jelata, yang terpinggirkan yang kerap kali ditindas. Hanoman sadar betul bahwa dirinya terlahir sebagai monyet, makhluk biasa dan sering direndahkan.
Tapi Hanoman berani menanggung kekurangannya yang dilahirkan sebagai rakyat jelata yang sangat berbeda dengan Rahwana yang jumawa dengan segala kekuasaannya,” jelasnya.
Terakhir, lagu ini menjadi pengingat akan pentingnya menghargai peran rakyat jelata dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi negara.
“Mengingat kembali Hanoman dengan demikian adalah meneladani keberaniannya, sekaligus sebagai peringatan pada sebuah titah untuk menumpas Rahwana yang bermuka sepuluh:
otoriter, musyrik, manipulatif, koruptif, kolutif, nepotis, represif, batil, lalim, dan sak karepe dewe (berbuat seenaknya),” pungkasnya.
(Red)