KUDUS – BPL HMI Cabang Kudus sukses menyelenggarakan kegiatan Sekolah Alam dengan tema “Belajar dari Muria” pada Rabu, 25 Desember 2024.
Kegiatan ini bekerja sama dengan Pegiat Alam Muria dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kader HMI Cabang Kudus terhadap lingkungan dan pentingnya mengolah hasil produk pertanian.
Mengenal Lebih Dekat Parijoto dan Kopi Muria
Pagi hari, para kader HMI diajak untuk mempelajari sejarah dan pengolahan parijoto di Alam Mu. Pemilik Alam Mu menjelaskan bagaimana parijoto, yang awalnya merupakan pohon buah liar, kini menjadi varietas tanaman yang dibudidayakan oleh para petani karena memiliki harga jual yang tinggi di pasaran.
Pengolahan parijoto menjadi alternatif baru untuk meningkatkan ekonomi petani parijoto dan masyarakat sekitarnya.
Parijoto sendiri diyakini memiliki khasiat untuk pasangan yang ingin cepat memiliki momongan. Buah parijoto merupakan anugerah dari “surga Muria” yang memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa.
Setelah mempelajari parijoto, rombongan melanjutkan perjalanan ke Gudang Kopi Muria untuk belajar tentang konservasi dan pengolahan kopi Muria.
Di sini, dijelaskan bahwa kopi Muria berawal dari tanam paksa pada masa penjajahan kolonial Belanda, yang kemudian dilanjutkan hingga saat ini. Kopi yang ditanam di pegunungan Muria terdiri dari dua jenis, yaitu Arabica dan Robusta.
Kopi Muria memiliki cita rasa yang berbeda dengan kopi-kopi lainnya, sehingga banyak digemari oleh masyarakat karena cita rasanya yang khas.
Menyoroti Konservasi Muria dan Pentingnya Perlindungan Satwa
Komunitas Penggiat Konservasi Muria menjelaskan tentang keanekaragaman hayati dan hewan yang ada di pegunungan Muria. Pegunungan Muria masih menyimpan banyak satwa langka yang jarang ditemui, seperti macan tutul, burung langka, dan reptil.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan kader HMI terhadap pentingnya menjaga lingkungan di tengah krisis iklim yang menjadi isu anak muda sekarang,” ujar Ketua Umum BPL HMI Cabang Kudus, Arif Lukman Hakim.
Perlindungan satwa dan tumbuhan sangat penting dilakukan di tengah maraknya pengalihfungsian hutan menjadi perkebunan industri.
(red)