Tuturmedia.com, Kudus – SMK Duta Karya Kudus mengadakan acara Gelar Karya Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema tradisi budaya Jawa, Sabtu 16 Desember 2023.
Menariknya, acara yang diorganisir oleh siswa-siswi kelas XI ini, memfokuskan pada tradisi mantu (pernikahan) Jawa yang diperagakan oleh siswa-siswa tersebut.
Agnes Fajar Nur Nugraheny, Koordinator Gelar Karya P5 Kelas XI SMK Duta Karya Kudus, menjelaskan bahwa tujuan dari acara ini adalah untuk membentuk karakter siswa dan memperkenalkan tradisi budaya Jawa yang mulai pudar.
Dia menekankan pentingnya memahami dan menghargai adat dan tradisi mantu Jawa, terutama bagi generasi muda.
“Era sekarang ini sudah banyak yang tidak mengenal istilahnya, padahal di adat mantu Jawa pasti ada, nah kami ingin mengenalkan itu, setiap prosesi pasti ada makna dan artinya,” katanya.
Lebih lanjut, dirinya berharap adat mantu Jawa tetap diuri-uri oleh penerus mendatang. Selain untuk mengenalkan tradisi ini, gelar karya tersebut juga diharapkan bisa menjadi sarana siswa belajar, berkomunikasi, dan menyelenggarakan event dengan bahasa Jawa.
“Setelah mengenal, mereka akan ikut nguri-nguri, harapannya itu. Bisa berkomunikasi, mengetahui tradisi ndodok lawang, nakokno, resepsi, akad, dan sebagainya. Tak hanya adat mantu tetapi tradisi Jawa lain juga,” terangnya.
Sementara itu, guru SMK Duta Karya sekaligus pegiat budaya di Kudus, Muchammad Zaini menjelaskan beberapa makna dalam pelaksanaan gelar karya P5 dengan konsep mantu Jawa.
Zaini menyebutkan, setidaknya ada enam tradisi yang ditampilkan siswa-siswa dari tiap kelas yang berbeda. Di antaranya ndodok lawang, lamaran, siraman, midodareni, akad hingga panggih.
“Ini kalau tidak kita kenalkan dengan cara-cara kreatif seperti ini, anak-anak tidak akan tertarik. Jadi kami konsep dengan gelar karya sebagai pendidikan karakter sekaligus mengenalkan budaya Jawa,” kata Zaini.
Misalnya, lanjut Zaini, adat siraman sebelum prosesi akad nikah. Sebelum melakukan ini, kedua mempelai meminta maaf dan memohon doa restu kedua orang tua. Kemudian kedua mempelai disiram orang tua sesuai urutan.
“Siswa-siswi yang mempraktekkan, mereka belajar langsung, menarik sekaligus mengajarkan banyak nilai,” tandasnya.
(Red)