Paguyuban Desa Wisata Kudus Belajar dari Blora, Tingkatkan Pengelolaan dan Daya Saing

Kudus35 Dilihat

KUDUS – Paguyuban Desa Wisata Kudus (Dewiku) Kabupaten Kudus melakukan studi tiru ke Kabupaten Blora pada Minggu (16/2/2025). Kegiatan ini diikuti perwakilan dari berbagai desa wisata di Kudus untuk menggali inspirasi dan memperluas wawasan dalam pengelolaan wisata.

Rombongan Dewiku mengunjungi beberapa destinasi wisata unggulan di Blora, termasuk Sumur Minyak Tua, Argowisata Sawo di Desa Wisata Bangowan, dan Goa Terawang.

Pembina Dewiku, H. Anis Aminudin, menjelaskan tujuan studi tiru ini, yang merupakan bagian dari program kerja kepengurusan Dewiku periode 2025-2029 di bawah kepemimpinan H. Maskur.

“Ketika kami berkunjung, sebenarnya potensi wisata di Blora hampir sama dengan yang ada di Kudus. Namun, mereka memiliki keunggulan dalam hal administrasi, terutama dalam dokumentasi dan pengisian borang penilaian. Hal ini bisa menjadi referensi bagi desa wisata di Kudus untuk meningkatkan pengelolaan administrasi,” jelas H. Anis.

Pemilihan Desa Wisata Bangowan sebagai salah satu lokasi studi tiru didasarkan pada prestasi mereka sebagai juara 2 Desa Wisata Rintisan tingkat nasional dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).

Di Argowisata Sawo, peserta belajar pengolahan buah sawo, sementara di Sumur Minyak Tua, mereka mempelajari proses pengeboran hingga pemasaran minyak mentah.

Di Goa Terawang, Aris Vertical, pengelola wisata yang aktif, berbagi pengalaman kerja sama teknis dengan Perhutani.

“Kami banyak belajar mengenai strategi kerja sama dengan berbagai pihak agar wisata yang dikelola semakin berkembang dan dikenal luas. Ilmu dan pengalaman yang diperoleh ini akan kami coba terapkan di objek wisata di Kudus,” tambah H. Anis.

H. Anis berharap studi tiru ini akan membantu desa wisata di Kudus menerapkan strategi pengelolaan yang lebih profesional dan menarik wisatawan, meningkatkan daya saing, dan keberlanjutan sektor pariwisata daerah.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Mutrikah, mengapresiasi kegiatan ini sebagai langkah positif dalam meningkatkan kualitas desa wisata di Kudus.

“Peningkatan sumber daya manusia dalam pengelolaan desa wisata sangat penting. Studi tiru ini tidak hanya memberi wawasan baru, tetapi juga mengubah pola pikir para pengelola agar lebih inovatif dalam mengembangkan potensi wisata di daerah masing-masing,” tutur Mutrikah, Senin (17/2/2025).

Ia juga memuji kekompakan pelaku wisata Kudus yang membiayai studi banding ini secara mandiri, menekankan pentingnya sinergi antar-desa wisata untuk perkembangan desa wisata rintisan.

(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *