KUDUS – K.H. Muhammad Assiry, maestro kaligrafi asal Kudus, telah menorehkan namanya di kancah internasional. Ia dikenal luas di dunia seni kaligrafi, baik di dalam maupun luar negeri.
Sebagai pendiri Pesantren Seni Rupa Kaligrafi dan Al-Qur’an (PSKQ) Modern Kudus, Assiry telah melahirkan ribuan santri yang menguasai kaligrafi dan seni Islam, bahkan mencetak para kaligrafer yang meraih prestasi di tingkat internasional.
Assiry lahir pada 16 Agustus 1980 di Desa Undaan Lor, Kudus. Sejak kecil, ia menunjukkan minat yang besar pada seni, khususnya kaligrafi. Meskipun tidak menyukai pelajaran berhitung seperti matematika dan fisika, Assiry memiliki kecerdasan luar biasa, terbukti dengan hasil tes IQ-nya yang sangat tinggi di bangku sekolah. Namun, bakat seni dan minat mendalam terhadap agama menjadi fokus utamanya.
Perjalanan seni Assiry dimulai sejak di bangku Madrasah Diniyah Ibtidaiyah, di mana ia pertama kali mengenal kaligrafi.
Keahlian Assiry semakin terasah saat ia berguru pada para kaligrafer besar seperti Ustadz H. Nur Syukron dan K.H. Nur Aufa Siddiq. Berbekal bimbingan mereka, Assiry menguasai berbagai jenis khat kaligrafi, mulai dari Tsulust, Naskhi, hingga Diwani, Riqah, dan Kufi.
Tak hanya belajar kaligrafi, Assiry juga mengembangkan ilmu agama dan Al-Qur’an dengan mendalami tahfidz, tahsin, serta kajian kitab-kitab salaf di berbagai pesantren.
Berkat kedalaman ilmu agamanya, Assiry menjadi sosok yang tidak hanya dikenal sebagai kaligrafer, tetapi juga sebagai pengajar yang menginspirasi.
Di dunia kaligrafi, prestasi Assiry cemerlang. Pada 1999, ia meraih Juara 1 Kaligrafi Naskah tingkat Provinsi Jawa Tengah, yang membawanya mewakili Jawa Tengah pada MTQ Nasional di Palu.
Prestasi demi prestasi terus mengalir, termasuk Juara 1 Kaligrafi ASEAN di Brunei Darussalam pada 2002 dan juara 1 Kaligrafi Nasional pada MTQ 2003 di Palangkaraya.
Bahkan, ia menyabet gelar Juara 1 dalam semua kategori lomba kaligrafi di Brunei pada 2006.
Meskipun tawaran pekerjaan bergengsi di luar negeri datang, Assiry tetap memilih untuk mengembangkan kaligrafi di Indonesia.
Ia mendirikan PSKQ Modern pada 17 Januari 2007, dengan tujuan untuk mencetak kaligrafer profesional yang memiliki keahlian tidak hanya di bidang kaligrafi, tetapi juga seni rupa, arsitektur Islam, dan bahkan technopreneurship.
PSKQ Modern kini menjadi pusat pendidikan seni Islam terkemuka, menghasilkan santri-santri yang tak hanya berprestasi di bidang kaligrafi, tetapi juga menjadi kontraktor masjid terhebat di Indonesia.
Selain mengajar di PSKQ, Assiry juga aktif menggelar workshop dan pelatihan kaligrafi secara gratis di berbagai kampus dan lembaga.
Ia telah mengajar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Walisongo Semarang, serta berbagai kampus ternama lainnya.
Tak hanya itu, Assiry juga aktif membuka cabang-cabang pesantren di berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Bogor, dan Kudus, guna memperluas syiar seni Islam.
Tak hanya dalam bidang pendidikan, Assiry juga mencetak prestasi gemilang dalam dunia kaligrafi arsitektur. Melalui perusahaan yang ia dirikan, CV. Assiry Art, Assiry telah menghiasi ratusan masjid dan musholla dengan karya-karya kaligrafi dan arsitektur Islami, baik di Indonesia maupun luar negeri.
Karya-karyanya, yang menggunakan berbagai media seperti kayu, kaca, tembaga, dan GRC, telah menghiasi masjid-masjid dari Sabang hingga Merauke, serta negara-negara seperti Malaysia, Brunei, dan Thailand.
Selain itu, Assiry juga tengah mengerjakan proyek monumental: Kaligrafi Mushaf Al-Qur’an terbesar di dunia, yang saat ini masih dalam proses pembuatan. Ini adalah bukti komitmen Assiry dalam memperkenalkan keindahan kaligrafi Indonesia ke mata dunia.
Melihat perjalanan hidup dan karya-karyanya yang luar biasa, tidaklah berlebihan jika Assiry disebut sebagai salah satu maestro kaligrafi terbesar Indonesia.
Di balik semua prestasinya, Assiry tetap hidup sederhana dan penuh dedikasi untuk membumikan Al-Qur’an dan seni kaligrafi, dengan cita-cita besar mendirikan Institut Seni Kaligrafi Islam Assiry, yang diharapkan bisa menjadi pusat pendidikan kaligrafi terbesar di Asia Tenggara.
Kini, meskipun telah mencapai berbagai pencapaian luar biasa, Assiry tetap berkomitmen untuk terus mengembangkan seni kaligrafi dan mendidik generasi penerus yang cinta seni dan Al-Qur’an.
Dengan moto “membumikan Al-Qur’an dan menebar virus-virus kaligrafi yang meneduhkan jiwa,” Assiry telah membuktikan bahwa dengan dedikasi dan kerja keras, seseorang dari desa kecil dapat meraih prestasi dunia tanpa meninggalkan akar budaya dan agamanya.
(red)