Literasi Digital: Omah Dongeng Marwah Ajarkan Anak Gunakan ChatGPT

Kudus88 Dilihat

KUDUS – Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Omah Dongeng Marwah (ODM) kembali menggelar kegiatan edukatif, kali ini fokus pada pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam proses belajar.

Vira Ayu, alumni FKIP Universitas Muria Kudus, menjadi pemateri, berbagi pengetahuan tentang penggunaan AI, khususnya ChatGPT, untuk membantu anak-anak dalam memahami tugas sekolah.

Vira menjelaskan peran AI sebagai alat bantu menyelesaikan tugas akademik.

“Misalnya, jika ada tugas matematika dan kita tidak tahu cara menyelesaikannya, kita bisa mencari jawabannya melalui ChatGPT,” jelasnya.

Kegiatan ini merupakan buah dari komunitas belajar yang tumbuh di ODM. Berawal dari upaya melestarikan tradisi mendongeng di Kecamatan Bae, Kudus, ODM kini berkembang pesat, mencakup penulisan cerita, produksi film pendek, pentas teater, hingga sekolah minat dan bakat.

Komunitas belajar ODM menjadi wadah kreativitas anak-anak, termasuk dalam produksi film. Vira sendiri pernah berperan dalam film pendek Ananging Muria, yang mengangkat kisah folklor Desa Masin, Dawe, Kudus. Berbagai komunitas belajar telah terlibat di ODM, meliputi teater, tari, kelistrikan, hingga bahasa isyarat (SIBI).

Yang terbaru adalah eksplorasi pemanfaatan AI dalam pembelajaran. Banyak alumni ODM yang kini berbagi ilmu dengan adik-adik mereka, menunjukkan pentingnya kolaborasi dalam pendidikan.

“Pentingnya komunitas belajar dalam pendidikan tidak dapat diabaikan,” ujar Vira.

Komunitas belajar memfasilitasi pengembangan keterampilan sosial, berpikir kritis, dan kreativitas siswa. Sekolah yang mendukung komunitas belajar menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan aktif.

Sesi praktik melibatkan penggunaan ChatGPT untuk mencari informasi dan presentasi. Febi membahas popularitas TikTok, Nawa menjelaskan sejarah Instagram, Eka membahas dampak negatif TikTok, dan Radian mempraktikkan pencarian ide presentasi di ChatGPT hingga pembuatan PowerPoint.

Vira mengingatkan akan potensi kesalahan informasi dari AI.

“Saat menggunakan ChatGPT, kita perlu menyadari bahwa AI bisa saja membuat kesalahan. Oleh karena itu, penting untuk selalu memeriksa kembali informasi yang diperoleh,” tambahnya.

Ia juga menekankan bahwa hasil pencarian bisa bervariasi tergantung pada perangkat yang digunakan.

Eka, salah satu peserta, bertanya tentang alasan banyak negara berlomba mengembangkan AI, menunjukkan antusiasme anak-anak terhadap perkembangan teknologi.

Kegiatan ini diharapkan meningkatkan literasi digital dan keterampilan berpikir kritis anak-anak, serta mendorong kesadaran bahwa belajar dapat dilakukan di luar ruang kelas secara fleksibel dan interaktif.

(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *