REFLEKSI HARI PAHLAWAN 2025: MEMAKNAI SEMANGAT JUANG DENGAN MEMPERKUAT WAWASAN KEBANGSAAN
Yogyakarta – Setiap 10 November, bangsa Indonesia kembali diingatkan pada semangat juang para pahlawan yang gugur di Surabaya tahun 1945. Pertempuran yang dikenal sebagai salah satu peristiwa paling heroik setelah proklamasi kemerdekaan ini menunjukkan tekad rakyat Indonesia mempertahankan kedaulatan bangsa.
Insiden tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby kala itu menjadi pemicu perlawanan besar-besaran rakyat Surabaya yang menolak ultimatum Inggris. Dari peristiwa tersebut, lahir kesadaran bahwa kemerdekaan bukanlah pemberian, melainkan hasil perjuangan dan pengorbanan yang tulus.
Melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959, pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan. Tujuannya bukan semata mengenang sejarah, tetapi juga menumbuhkan kesadaran generasi penerus akan pentingnya meneladani nilai perjuangan dalam kehidupan berbangsa.
Peringatan Hari Pahlawan seharusnya tidak berhenti pada seremoni tahunan, melainkan menjadi momen reflektif untuk meneguhkan kembali semangat kebangsaan di tengah tantangan zaman.
Bagi generasi muda, Hari Pahlawan mengandung makna yang semakin relevan. Jika dahulu perjuangan dilakukan di medan perang, maka kini perjuangan hadir dalam bentuk kerja keras, inovasi, dan tanggung jawab sosial.
Kepahlawanan masa kini diwujudkan melalui keberanian untuk berbuat baik, berintegritas, dan berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa.
Nilai-nilai inilah yang perlu terus dihidupkan dalam diri setiap warga negara agar semangat pahlawan tidak hanya menjadi kenangan, tetapi menjadi inspirasi nyata.
Dalam konteks globalisasi, wawasan kebangsaan menjadi fondasi moral yang sangat penting. Kemajuan teknologi dan arus informasi yang tak terbendung menuntut setiap individu untuk memiliki kesadaran nasional yang kuat.
Wawasan kebangsaan mengajarkan cara pandang yang menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun kelompok, sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air dan komitmen terhadap persatuan.
Nilai ini menjadi benteng dalam menghadapi pergeseran budaya, polarisasi politik, dan disinformasi yang mudah menyulut perpecahan.
Empat pilar kebangsaan Indonesia—Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika—merupakan penopang utama dalam memperkuat karakter bangsa.
Pancasila memberi arah moral, UUD 1945 menjadi dasar hukum, NKRI menjamin keutuhan wilayah, dan Bhinneka Tunggal Ika meneguhkan toleransi dalam keberagaman.
Keempat pilar tersebut adalah warisan luhur yang menjaga identitas nasional di tengah perubahan zaman. Menanamkan nilai-nilai tersebut tidak cukup hanya melalui kurikulum pendidikan, tetapi juga lewat praktik nyata di ruang publik, media sosial, dan kehidupan sosial sehari-hari.
Dalam kerangka inilah Perisai Demokrasi Bangsa memegang peran strategis.
Sebagai organisasi yang berakar pada semangat nasionalisme, Perisai Demokrasi Bangsa menjadi wadah pembinaan karakter dan penguatan nilai-nilai kebangsaan di kalangan generasi muda.
PDB berupaya menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya cinta tanah air serta tanggung jawab terhadap keberlanjutan demokrasi.
Di tengah derasnya arus digitalisasi, Perisai Demokrasi Bangsa juga hadir sebagai penjaga moral publik. Disinformasi, ujaran kebencian, dan sikap intoleransi yang berkembang di ruang maya menjadi tantangan baru bagi semangat kebangsaan.
Dengan mengembangkan gerakan literasi digital kebangsaan, PDB mendorong masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan media digital sebagai sarana edukasi dan pemersatu.
Upaya tersebut merupakan wujud kepahlawanan modern: berjuang melalui kecerdasan, empati, dan kesadaran kolektif.
Peran Perisai Demokrasi Bangsa perlu terus diperkuat melalui sinergi dengan lembaga pendidikan, pemerintah, dan komunitas masyarakat. Kolaborasi lintas sektor akan memperluas dampak gerakan kebangsaan yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan menanamkan semangat gotong royong, toleransi, dan tanggung jawab sosial, PDB tidak hanya menjadi pelindung nilai demokrasi, tetapi juga penerus semangat juang para pahlawan dalam menjaga Indonesia agar tetap kokoh dan bermartabat.
Pada akhirnya, memperingati Hari Pahlawan tidak cukup dengan mengenang masa lalu. Yang lebih penting adalah bagaimana generasi hari ini menerjemahkan semangat itu ke dalam tindakan nyata.
Ketika nilai prjuangan diwujudkan dalam kerja, integritas, dan kepedulian terhadap sesama, maka semangat para pahlawan sejati akan terus hidup di setiap langkah kita sebagai anak bangsa.
Penulis: Muh. Ashar Sahiz Pardana (Ketua Umum Perisai Demokrasi Bangsa DIY)
Editor: Redaksi











