KUDUS – Kabupaten Kudus menorehkan sejarah baru dalam dunia perfilman nasional dengan menggelar Festival Film Pendek (FFAB) 2025 bertema “Air Mata Air”. Berlangsung sejak 1 Januari hingga puncaknya pada malam penganugerahan 17 Mei 2025, FFAB menjadi wadah bagi sineas Indonesia untuk mengeksplorasi tema lingkungan dan ekologi.
Indonesia, dengan kekayaan budaya dan alamnya, memiliki cerita rakyat sarat makna, terutama hubungan manusia dengan alam. Air, sebagai elemen esensial kehidupan, menjadi fokus utama festival ini. Irianto Gunawan dari Balai Budaya Rejosari menjelaskan, FFAB selaras dengan visi RKBBR untuk menyediakan ruang dialog seni dan budaya. Tema “Air Mata Air” dipilih mengingat krisis air dan dampak lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Perubahan iklim, polusi, dan pengelolaan sumber daya alam yang tak berkelanjutan menjadi isu global yang membutuhkan perhatian bersama.
Romo Leonardus Tri Purnanto, MSF dari RKBBR, berharap festival ini tak hanya merayakan karya seni, tetapi juga menyampaikan pesan pelestarian alam dan kesadaran lingkungan. Ia menekankan pentingnya edukasi untuk meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap lingkungan.
“Mari berpartisipasi dan bersama-sama kita menyuarakan pentingnya keberlangsungan lingkungan dan pentingnya perhatian terhadap ekologi,” ajaknya.
Cornel Innos dari GsT Productions melihat FFAB sebagai ruang kolaborasi bagi komunitas film, mewadahi karya yang dapat diputar dan dikenang. Ia berharap para peserta mengeksplorasi tema dari berbagai perspektif, baik isu sosial, lingkungan, maupun ranah personal.
“Kami juga berharap teman-teman di seluruh Indonesia dapat menyampaikan keresahannya melalui film di ajang FFAB ini,” katanya.
Melly Hana Septiana, koordinator FFAB, menambahkan bahwa festival ini terbuka untuk berbagai elemen masyarakat dan daerah, mengusung cerita lokal terkait isu lingkungan dan ekologi.
“Sehingga apa yang dirasakan dan dialami teman-teman di setiap daerah bisa tersampaikan,” ujarnya.
FFAB 2025 bertujuan mengapresiasi keberagaman budaya dan cerita Indonesia melalui film, serta memberikan platform bagi talenta muda. Selain pemutaran film, festival ini juga menyelenggarakan kompetisi film pendek, workshop kreatif, dan screening film pada malam penganugerahan.
Total hadiah mencapai Rp32.500.000,00, dengan kategori Film Pendek Terbaik (Rp15.000.000), Sutradara Terbaik (Rp2.500.000), Aktor/Aktris Terbaik (Rp5.000.000), Penulis Skenario Terbaik (Rp2.500.000), Skoring Musik Terbaik (Rp2.500.000), Penata Artistik Terbaik (Rp2.500.000), dan Teaser Terbaik (Rp2.500.000).
Dewan juri terdiri dari sutradara ternama seperti Asa Jatmiko (Kudus), Fanny Chotimah (Surakarta), dan Rendra Bagus Pamungkas (Jakarta).
Melly berharap FFAB 2025 dapat mempromosikan film Indonesia dan menjadi jembatan yang menghubungkan budaya dan cerita seluruh Indonesia. Puncak acara akan berlangsung di Balai Budaya Rejosari pada 17 Mei 2025, terbuka untuk umum. Tercatat 157 peserta dari 18 provinsi dan 63 kota di Indonesia mengikuti festival ini.
(red)