Pasar Colo Kudus Terbengkalai, Pedagang Menuntut Solusi Nyata dari Pemerintah

Kudus213 Dilihat

KUDUS – Kondisi Pasar Colo di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, masih menjadi masalah serius. Bangunan pasar yang dibangun pada tahun 2017 belum berfungsi optimal. Sebagian besar kios di lantai dua dan tiga kini terbengkalai dan tidak ditempati pedagang.

Ketua Paguyuban Pasar Pemilik Kios dan Warung Desa Colo, Abdurrahman, menyatakan bahwa kondisi pasar saat ini dapat dikatakan mangkrak. Setelah renovasi pada tahun 2017, hanya beberapa pedagang yang sempat menempati kios di dalam gedung.

“Namun sejak 2018, perlahan seluruh lantai atas mulai ditinggalkan karena tidak ada kunjungan pembeli. Kalau dibilang mangkrak, ya mangkrak. Kurang lebih dari 150 kios kini kosong,” ujarnya.

Pasar Colo memiliki sekitar 150 kios, dengan lantai dua dan tiga masing-masing berisi sekitar 25 kios. Namun kini, hanya enam pedagang yang masih bertahan.

Sebagian besar pedagang memilih berjualan di luar bangunan pasar, terutama di area teras dan akses menuju jalan utama yang ramai dilalui pengunjung wisata Colo.

Menurut Abdurrahman, pedagang pernah mengusulkan agar sebagian lahan pasar dialokasikan untuk perluasan area parkir, seperti dalam rencana yang digagas pada era pemerintahan sebelumnya. Namun, harapan tersebut tidak pernah terealisasi.

“Kami dulu berharap area bawah dimanfaatkan untuk parkir, tapi malah dibangun kios-kios baru,” katanya.

Faktor utama yang membuat pasar tidak diminati adalah akses bangunan yang dinilai tidak ramah bagi pengunjung.

Jalan masuk yang mengharuskan naik turun membuat wisatawan enggan masuk ke pasar. Akibatnya, transaksi justru banyak terjadi di lapak luar gedung.

Pembangunan gedung juga disebut mempersempit lahan parkir, dari kapasitas 50 kendaraan kini hanya mampu menampung sekitar 25–30 kendaraan.

“Kami tidak dilibatkan dalam perencanaan. Dari dulu hanya menerima gambar jadi dan sosialisasi. Pedagang berharap dilibatkan dalam konsep pembangunan jika ada rencana perbaikan,” tambahnya.

Di sisi lain, Dinas Pariwisata diketahui telah membangun kios baru di bagian luar pasar, namun jumlahnya belum mencukupi. Dari kebutuhan 138 kios, baru sekitar 100 yang bisa ditempati, sementara 20 kios terakhir masih dalam tahap pembangunan.

Pedagang berharap pemerintah daerah segera melakukan evaluasi total dan menghadirkan solusi jangka panjang. Konsep penataan yang memungkinkan akses langsung dari area parkir ke dalam gedung dinilai sangat dibutuhkan agar pasar kembali hidup.

“Yang kami butuhkan bukan sekadar bangunan, tapi desain yang sesuai dengan kondisi lapangan. Jika pasar ini terus dibiarkan, ekonomi Colo akan semakin mati,” tutur Abdurrahman.

Hingga saat ini, pedagang masih menunggu sosialisasi resmi terkait masa depan Pasar Colo. Mereka berharap ada dialog terbuka agar kebijakan yang diambil benar-benar mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan pedagang setempat.

(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *