Kudus Darurat Angkutan Umum, Bupati Diharap Dukung Angkutan Pelajar

Kudus, Uncategorized334 Dilihat

KUDUS – Upaya menghidupkan kembali angkutan umum di Kabupaten Kudus terus menjadi perhatian berbagai pihak. Salah satu ide yang mencuat dan dianggap relevan dengan kondisi saat ini adalah inisiasi angkutan khusus bagi pelajar.

‎Ide tersebut muncul dari kekhawatiran akan menurunnya jumlah angkutan umum aktif. Serta semakin tingginya ketergantungan pelajar terhadap kendaraan pribadi.

‎Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kudus, Mahmudun menjelaskan, jumlah armada angkutan umum di Kudus saat ini jauh menurun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dulu, terdapat sekitar 650 kendaraan yang tersebar di 20 trayek.

‎Kini, kata Mahmudun, yang masih aktif hanya berkisar 150 kendaraan saja. Dengan trayek yang aktif hanya 13 hingga 14 rute.

‎“Dulu itu ada 20 trayek, sekarang tinggal separuh yang jalan. Banyak faktor yang memengaruhi, mulai dari mudahnya kredit motor hingga menurunnya jumlah penumpang,” ujarnya saat ditemui pada Selasa (5/8/2025).

‎Lebih lanjut, kondisi ini diperparah dengan maraknya kendaraan pribadi dan angkutan ilegal plat hitam yang kerap digunakan untuk mengangkut buruh pabrik. Termasuk yang bekerja di pabrik rokok besar di Kudus.

‎”Hal ini secara langsung mengurangi pendapatan sopir angkutan umum resmi,” bebernya.

‎Melihat realitas tersebut, dia menilai bahwa salah satu solusi untuk kembali menghidupkan angkutan umum adalah dengan menghadirkan skema angkutan khusus pelajar. Ia merujuk pada program serupa yang sudah berjalan di Kota Magelang.

‎Di mana pemerintah daerah menyediakan transportasi umum bagi pelajar sekolah dasar dan menengah.

‎“Saya waktu itu ikut rapat di Jawa Tengah, dari Magelang memunculkan ide yang sangat bagus. Anak-anak sekolah dijemput dan diantar sesuai jadwal yang ditentukan. Ini bisa diterapkan di Kudus,” jelasnya.

‎Ia menambahkan bahwa jika program ini bisa direalisasikan, maka bukan hanya membantu sopir angkutan umum, tetapi juga mendidik pelajar. Agar dapat lebih disiplin dan mandiri dalam memanfaatkan transportasi publik.

‎Selain itu, hal tersebut juga akan mengurangi kemacetan. Serta risiko kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pelajar di bawah umur yang belum layak berkendara.

‎Meski begitu, ia menyadari bahwa untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kerja sama berbagai pihak. Termasuk perbaikan kualitas pelayanan angkutan, tidak lagi ngetem terlalu lama, serta perlu adanya subsidi operasional seperti bahan bakar.

‎“Tentu kita juga harus berbenah. Supir tidak bisa ngetem terlalu lama, pelayanan harus lebih baik, agar masyarakat kembali percaya,” katanya.

‎Ia berharap pemerintah daerah, terutama Bupati Kudus, bisa memberikan perhatian lebih terhadap sektor transportasi umum. Ia yakin, dengan rekam jejak Bupati Sam’ani Intakoris yang pernah memiliki pengalaman di bidang perhubungan, ada peluang besar untuk merevitalisasi transportasi umum, terutama angkutan sekolah.

‎“Harapan kami, semoga Kudus bisa meniru daerah lain. Angkutan pelajar ini bukan hanya solusi untuk transportasi, tapi juga bentuk pendidikan karakter sejak dini,” pungkasnya.

(red)