Fifin Wulandari: Transformasi Marketing Ponsel Jadi Pengusaha Kuliner Hits di Kudus

Kudus97 Dilihat

KUDUS – Tidak semua orang berani mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Namun, Fifin Wulandari, seorang perempuan muda asal Kudus, membuktikan bahwa keberanian keluar dari zona nyaman bisa membuka jalan menuju kesuksesan.

‎Dirinya juga pernah meniti karier di dunia marketing ponsel selama enam tahun, hingga akhirnya banting setir membuka usaha kuliner yang kini dikenal luas oleh masyarakat.

‎Perjalanan karier Fifin dimulai sejak 2017. Saat itu ia bekerja sebagai promotor handphone di berbagai merek ternama seperti Samsung, Oppo, dan Vivo. Tak hanya di Kudus dan Pati, ia juga sempat merantau hingga Bogor.

‎Dunia marketing ponsel menjadi rutinitas yang menyita waktu sekaligus menuntut target tinggi. Namun, lama-kelamaan rasa jenuh menghantui. Apalagi setelah menikah, ia merasa ingin mencari jalan baru yang lebih fleksibel dan dekat dengan keluarga.

‎“Awalnya cuma iseng, capek juga kerja di dunia HP. Terus kepikiran buat usaha sendiri. Apalagi waktu itu lagi viral minuman es coklat sama roti. Aku langsung eksekusi, pergi ke Solo untuk belajar, lalu buka usaha di Kudus,” kenang Fifin.

‎Usaha itu dimulai pada 22 September 2022. Pada tiga minggu pertama, pembeli nyaris sepi. Namun Fifin tak menyerah. Strategi promosi lewat endorse selebgram lokal Kudus menjadi titik balik. Tiba-tiba kedainya ramai dikunjungi pembeli.

‎“Begitu di-endorse, langsung boom. Dari situ usahanya naik, sampai sekarang bisa stabil,” ujarnya.

‎Awalnya, menu yang ditawarkan hanya es coklat dan roti. Namun saat Ramadan, ia merasa hanya menjual minuman tidak cukup. Fifin pun berinisiatif menambah menu makanan, mulai dari bakaran sosis hingga paket nasi ayam seharga Rp 17 ribu. Meski sempat gagal dalam percobaan pertama, ia terus mempelajari kualitas makanan yang sesuai harapan.

‎Dalam mengelola usaha, ia tidak langsung dibantu banyak orang. Pada bulan pertama, ia hanya berdua bersama suaminya. Perlahan, usaha berkembang. Dari empat karyawan, kini jumlahnya mencapai sembilan orang. Perkembangan itu diikuti dengan perluasan tempat usaha dan variasi menu.

‎“Dulu semua aku pegang sendiri, dari belanja bahan sampai melayani. Capek banget, tapi sekarang sudah lebih tertata,” tuturnya.

‎Selain mengurus bisnis, Fifin juga aktif sebagai talent endorsement. Dari awal hanya memiliki seribu pengikut Instagram, kini jumlahnya naik pesat. Ia pernah dipercaya mempromosikan produk kecantikan seperti Super Skin hingga produk kopi.

‎Bayaran pertama sebagai endorser hanya Rp 100 ribu hingga Rp150 ribu. Meski kecil, baginya hal itu menjadi pengalaman berharga. Kini tarifnya naik seiring bertambahnya popularitas.

‎“Dulu aku nggak pede, takut nggak ada yang nge-like. Tapi ternyata banyak brand percaya sama aku,” ujarnya.

‎Di luar kesibukan usaha dan endorsement, Fifin masih menyempatkan diri menjalani hobi. Olahraga badminton hingga tenis kerap ia ikuti bersama teman. Namun yang paling ia tekuni adalah fotografi dan videografi.

‎Dirinya juga suka membuat video sinematik yang kemudian diunggah di media sosial. Ke depan, Fifin berharap usahanya semakin berkembang. Meski banyak teman menyarankan membuka cabang di luar kota, ia memilih tetap di Kudus.

‎“Aku pengennya di Kudus saja, biar lebih fokus. Kalau buka di luar kota takutnya malah nggak kepegang. Cita-citanya sih pengen punya cabang, tapi tetap di Kudus,” ungkapnya.

‎Perjalanan hidup Fifin Wulandari menunjukkan bahwa keberanian mengambil langkah baru bisa membuka kesempatan tak terduga. Dari karyawan marketing ponsel, ia menjelma menjadi pengusaha kuliner yang tidak hanya menghidupi dirinya, tapi juga memberi pekerjaan bagi orang lain.

(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *