DEMAK – SMP Negeri 1 Demak telah meningkatkan kapasitas guru dalam menangani peserta didik berkebutuhan khusus melalui pelatihan pendidikan inklusi yang baru saja diadakan.
Kegiatan ini menjadi langkah awal sekolah untuk mempersiapkan diri menghadapi semester mendatang, selaras dengan kebijakan pemerintah pusat yang mewajibkan seluruh sekolah menerima siswa inklusi.
Plt Kepala SMP 1 Demak, Eko Widodo menjelaskan bahwa keberadaan siswa berkebutuhan khusus di sekolah umum bukanlah hal yang aneh lagi. Pemerintah bahkan telah menyiapkan alokasi khusus melalui jalur afirmasi untuk peserta didik inklusi dalam proses penerimaan siswa baru.
“Siswa yang masuk ke sekolah tidak semuanya dalam kondisi normal. Karena itu guru perlu tahu bagaimana cara menangani anak-anak inklusi,” ujarnya.
Menurutnya, sekolah umum memang tidak dirancang secara khusus seperti Sekolah Luar Biasa (SLB) yang gurunya telah dikadersikan untuk menangani kondisi tertentu.
Namun tuntutan pendidikan inklusif membuat seluruh guru harus memiliki pemahaman dasar agar tidak melakukan kesalahan dalam proses pembelajaran.
Untuk itu, kata dia, SMP 1 Demak mengundang pemateri dari berbagai lembaga, antara lain BKPSDM, psikolog, dan pengawas SLB yang telah berpengalaman dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
Melalui pelatihan ini, guru diberikan pengetahuan tentang berbagai jenis kondisi siswa inklusi, mulai dari keterbatasan fisik, hambatan intelektual, slow learner, stunting, hingga tuna grahita ringan.
Meskipun sekolah belum memiliki siswa dengan kondisi sangat parah seperti tunanetra atau tunarungu total, sejumlah kasus kondisi fisik dan keterlambatan belajar masih membutuhkan penanganan yang spesifik.
“Minimal guru punya pengetahuan dasar, nanti diterapkan dalam pembelajaran sehingga anak inklusi mendapatkan layanan yang tepat,” jelasnya.
Ia mengakui bahwa penerapan pendidikan inklusi bukanlah hal yang mudah. Tanpa tenaga ahli seperti terapis wicara atau pendamping braille, guru harus menyesuaikan metode mengajar agar siswa inklusi tidak semakin merasa minder atau tertinggal dari teman-temannya.
Namun Eko memastikan bahwa sekolah tetap berkomitmen untuk memberikan kesempatan belajar yang setara bagi semua siswa.
“Inklusif itu artinya menerima semuanya tanpa diskriminatif. Itu tidak mudah, tetapi wajib kita jalankan,” katanya.
Sementara itu, pelatihan tersebut diikuti oleh seluruh guru SMP 1 Demak, yang berjumlah 61 orang. Kehadiran mereka dianggap penting agar pemahaman tentang pendidikan inklusif merata dan tidak hanya terbatas pada sebagian guru saja.
Eko berharap, setelah mendapatkan pengetahuan dari para pakar, guru dapat menerapkan strategi pembelajaran yang lebih ramah dan mendukung bagi siswa inklusi.
“Dengan begitu, peserta didik berkebutuhan khusus dapat belajar bersama teman-teman reguler secara nyaman, tidak minder, dan tetap berkembang sesuai potensi masing-masing,” pungkasnya.
(red)
