DEMAK – Pameran UMKM Kabupaten Demak menjadi sorotan dengan hadirnya sudut khusus yang memamerkan pusaka dari berbagai zaman. Puluhan keris, tombak, dan wedung tertata apik, memikat pengunjung dengan aura sejarah dan budaya.
Paguyuban Tosan Aji Sapu Jagad Kabupaten Demak hadir untuk melestarikan dan mengedukasi masyarakat tentang dunia perkerisan. Jon Kristiawan, anggota paguyuban, menjelaskan bahwa koleksi yang dipamerkan berasal dari era Majapahit, Demak, hingga karya kontemporer.
“Ada yang buatan baru, seperti wedung khas Demak karya Mas Ismail, ada juga pusaka dari era kerajaan lama,” ujarnya.
Sekitar 20–30 pusaka dipamerkan, sebagian untuk edukasi dan sebagian lagi dijual.
“Kalau di area pameran utama, itu murni untuk edukasi. Tapi di sisi lain, ada juga yang memang untuk dijual,” jelasnya.
Setiap pusaka memiliki cerita dan filosofi. Salah satu yang terkenal adalah Keris Sengkelat, pusaka era Kesultanan Demak karya Mpu Supo.
“Itu menunjukkan betapa pusaka bukan sekadar senjata, tapi simbol sejarah dan diplomasi,” katanya.
Menurut Jon, filosofi di balik bentuk dan pamor pusaka sangat menarik. Ia mencontohkan keris dapur Tilam Upih.
“Tilam itu alas tidur, upih itu anyaman daun. Filosofinya adalah ketenteraman rumah tangga. Kalau pamornya Udan Mas, itu melambangkan kerezekian,” terangnya.
Terdapat lebih dari 1.300 jenis dapur keris dan ratusan pamor, masing-masing dengan makna mendalam. Filosofi ini mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan para empu.
Paguyuban Tosan Aji Sapu Jagad berupaya meluruskan pemahaman masyarakat tentang pusaka. Jon prihatin karena banyak yang menganggap pusaka sebagai benda klenik.
“Padahal, kalau kita lihat dari sudut pandang Islam, besi itu disebutkan dalam Al-Qur’an, Surah Al-Hadid ayat 25, sebagai ciptaan Allah yang memiliki kekuatan dan manfaat bagi manusia,” ujarnya.
Kekuatan pusaka tidak selalu mistis, melainkan energi alam yang tersimpan dalam besi selama jutaan tahun.
“Energi itu murni sifat alam, tanpa harus dihubungkan dengan hal-hal gaib,” tegasnya.
Belajar tentang keris berarti belajar lintas disiplin ilmu, seperti sejarah, antropologi, sosiologi, hingga metalurgi.
“Keris adalah pintu masuk untuk memahami perjalanan kebudayaan bangsa,” kata dia.
Paguyuban Tosan Aji Sapu Jagad Demak memiliki sekitar 60 anggota aktif dan lebih dari 100 anggota secara keseluruhan. Mereka rutin mengadakan pameran, diskusi, dan pelatihan pembuatan pusaka. Tujuannya adalah agar generasi muda memahami nilai budaya dan filosofi keris.
Bagi mereka, menjaga pusaka bukan hanya merawat bilah besi, tetapi juga merawat pengetahuan, sejarah, dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Setiap keris adalah jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
(red)