KUDUS – Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Kudus melanjutkan kegiatan jemput bola layanan administrasi kependudukan, kali ini menuju Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cendono. Tujuan utama kegiatan ini adalah memastikan setiap siswa berkebutuhan khusus memiliki dokumen identitas resmi, antara lain KTP-el, Kartu Identitas Anak (KIA), dan akta kelahiran.
Kepala Dukcapil Kudus, Harso Widodo, menyatakan bahwa acara ini merupakan upaya penyisiran tambahan guna meningkatkan ketertiban administrasi bagi penyandang disabilitas.
“Jemput bola sudah berjalan di seluruh SMK dan sekolah setingkat SMA. Di SLB Cendono hari ini kami menyasar 10 siswa untuk perekaman KTP-el dan 9 siswa untuk KIA,” ujarnya, Kamis (11/12/2025).
Pelayanan dimulai sejak pukul 08.00 WIB oleh tim mobile Dukcapil yang membawa perlengkapan perekaman. Namun, beberapa kendala muncul, terutama dalam proses pengambilan foto bagi siswa dengan keterbatasan tertentu.
“Tentu kami memastikan bahwa tetap harus mengutamakan pendekatan humanis,” katanya.
Dengan program ini, SLB Cendono menjadi sekolah pertama dari empat SLB yang dikunjungi Dukcapil pada tahun ini. Tiga sekolah lainnya akan dijadwalkan setelah libur siswa berakhir.
“Kami berharap ke depan seluruh penyandang disabilitas di Kudus memiliki identitas lengkap dan dapat mengakses layanan publik tanpa hambatan,” terangnya.
Sementara itu, Kabid Pelayanan Pendaftaran Penduduk Dukcapil Kudus, Muchammad Soleh, menyebutkan bahwa layanan yang diberikan tidak hanya KTP-el dan KIA, melainkan juga meliputi akta kelahiran dan pembaruan kartu keluarga (KK).
“Kami ingin semua data kependudukan mereka terintegrasi dan diperbarui. Jika ada yang belum punya akta, langsung kami proses,” jelasnya.
Menurutnya, dalam pelaksanaannya, jumlah siswa yang mengikuti layanan KIA ternyata lebih banyak dari perkiraan awal. Ia mengakui bahwa perekaman bagi anak disabilitas membutuhkan perhatian khusus.
“Beberapa orang tua belum mengirim foto untuk KIA sehingga kami lakukan pengambilan gambar di sekolah. Proses ini membutuhkan kesabaran lebih,” katanya.
Program jemput bola ini, lanjut Soleh, bertujuan memperluas aksesibilitas penyandang disabilitas terhadap layanan publik. Identitas resmi menjadi syarat penting agar anak-anak SLB dapat mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan bantuan sosial.
Di sisi lain, Kepala SLB Negeri Cendono, Kuntjoro, menyambut baik program tersebut. Ia menyatakan bahwa sekolah memiliki 146 siswa dengan berbagai kebutuhan khusus, sehingga pendampingan dari orang tua dan guru sangat diperlukan.
“Proses pengurusan dokumen administrasi sering terkendala waktu dan situasi anak. Dengan layanan jemput bola, orang tua sangat terbantu,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa data siswa di aplikasi pendidikan seperti Dapodik terhubung dengan data Dukcapil, sehingga kesalahan penulisan nama atau nomor induk kependudukan sering menyebabkan masalah
“Misal huruf nama kurang satu, atau penulisan berbeda, itu bisa bermasalah di dua aplikasi sekaligus. Karena itu pendataan ulang sangat penting,” pungkasnya.
(red)
