Al-Aqsho Kudus Kedatangan Ulama Besar: Syekh Yahya Al-Kattani Beri Ijazah Hadis

Kudus36 Dilihat

KUDUS – Pondok Tahfidz Modern Al-Aqsho Kudus mendapat kehormatan besar dengan kedatangan Syekh Dr. Muhammad Yahya Al-Kattani Al-Azhari. Ulama terkemuka dari Mesir yang juga merupakan mursyid tarekat Al-Kattaniyah ini hadir untuk menabur keberkahan, membagikan ilmu, serta menginspirasi para santri agar senantiasa istiqamah dalam menuntut ilmu dan menghafal Al-Qur’an.

Kunjungan ini bukan sekadar silaturahmi biasa, melainkan momentum berharga yang penuh makna bagi seluruh civitas akademika pesantren dan masyarakat sekitar. Kehadiran beliau menjadi penanda betapa kuatnya ikatan spiritual dan keilmuan antara Indonesia dan Mesir, khususnya Al-Azhar, yang selama ini menjadi kiblat bagi banyak penuntut ilmu di Tanah Air.

Kedatangan Syekh Dr. Muhammad Yahya Al-Kattani Al-Azhari disambut dengan penuh suka cita dan antusiasme tinggi. Pimpinan pondok, para guru, dan ratusan santri berbaris rapi menyambut beliau. Aura ketenangan dan kehangatan langsung terasa saat beliau melangkahkan kaki.

Para santri yang telah lama mendengar nama besar beliau merasa sangat gembira bisa bertemu langsung dan menyerap ilmu dari sumbernya. Acara utama kunjungan ini adalah pengajian kitab “Umdatul Ahkam”, sebuah kitab fikih hadis yang sangat populer di kalangan ulama dan penuntut ilmu.

Syekh Yahya menjelaskan bahwa kitab Umdatul Ahkam adalah karya Imam Abdul Ghani Al-Maqdisi yang berisi kumpulan hadis sahih tentang hukum-hukum fikih.

“Kitab ini sangat penting bagi para penuntut ilmu karena berisi dasar-dasar hukum Islam yang bersumber langsung dari hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Dengan mempelajarinya, kita akan memiliki pondasi yang kuat dalam memahami syariat,” ujar Syekh Yahya dengan penuh semangat.

Beliau juga menekankan pentingnya sanad dan mata rantai keilmuan. Menurutnya, sebuah ilmu akan lebih berkah jika diambil dari gurunya secara langsung.

“Sanad adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan Rasulullah SAW. Melalui sanad, ilmu yang kita pelajari menjadi lebih otentik dan terjaga kemurniannya,” pesannya.

Pengajian ini berlangsung sekitar dua jam, namun terasa sangat singkat karena padatnya ilmu yang disampaikan.

Selain pengajian, Syekh Dr. Muhammad Yahya Al-Kattani Al-Azhari juga memberikan ijazah kepada para santri. Ijazah yang diberikan adalah ijazah “Hadis Musalsal al-Awwaliyah”. Ijazah ini memiliki makna yang sangat istimewa karena merupakan hadis pertama yang didengar oleh seorang guru dari gurunya, dan begitu seterusnya hingga sampai kepada Rasulullah SAW.

Pemberian ijazah ini tidak hanya sekadar seremonial, tetapi juga sebuah pengakuan formal bahwa para santri telah sah menerima sanad keilmuan dari beliau.

Syekh Al-Kattani menjelaskan bahwa ijazah ini adalah amanah yang harus dijaga.

“Dengan menerima ijazah ini, kalian tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi juga tanggung jawab besar untuk menyebarkannya kepada orang lain. Jadikanlah ilmu ini sebagai cahaya yang menerangi jalan kalian dan orang-orang di sekitar kalian,” pesannya.

Para santri yang menerima ijazah tampak sangat terharu dan bangga. Mereka merasa mendapatkan kehormatan besar dan sebuah pengakuan yang akan menjadi motivasi kuat untuk terus belajar. Momen ini menjadi bukti nyata bahwa Pondok Tahfidz Modern Al-Aqsho Kudus memiliki koneksi keilmuan yang kuat dengan ulama-ulama besar dunia.

Syekh Muhammad Yahya Al-Kattani Al-Azhari memberikan pesan yang sangat mendalam kepada para santri. Beliau menekankan pentingnya istiqamah, yaitu konsistensi dan keteguhan hati dalam menjalani proses belajar dan menghafal Al-Qur’an.

“Menuntut ilmu dan menghafal Al-Qur’an itu seperti mendaki gunung. Perlu kesabaran, ketekunan, dan yang terpenting, istiqamah. Kadang kalian akan merasa lelah, jenuh, atau bahkan ingin menyerah. Namun, ingatlah bahwa Allah SWT mencintai hamba-Nya yang istiqamah. Teruslah berjalan, meski langkah kalian terasa berat. Jangan pernah berhenti,” nasihat Syekh.

Beliau juga berpesan agar para santri selalu menjaga niat.

“Niatkan semua yang kalian lakukan karena Allah SWT. Menuntut ilmu dan menghafal Al-Qur’an bukan untuk mencari popularitas atau pujian, tetapi untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika niat kalian lurus, maka Allah akan memudahkan semua urusan kalian,” tambahnya.

Syekh Al-Kattani juga mengingatkan agar para santri tidak melupakan adab.

“Adab itu di atas ilmu. Sehebat apapun kalian dalam ilmu, jika tidak memiliki adab, maka ilmu itu tidak akan berkah. Hormati guru-guru kalian, sayangi sesama, dan berbakti kepada orang tua,” pesannya.

Di akhir kunjungannya, Syekh Dr. Muhammad Yahya Al-Kattani Al-Azhari secara khusus mendoakan Pondok Tahfidz Modern Al-Aqsho Kudus. Beliau mendoakan agar pesantren ini terus berkembang, santri-santrinya bertambah banyak, dan keberkahannya semakin meluas. Beliau juga mendoakan agar pimpinan pondok dan para guru senantiasa diberikan kekuatan dan kesehatan untuk terus mendidik generasi penerus bangsa.

“Semoga pondok ini menjadi mercusuar ilmu dan peradaban, melahirkan para penghafal Al-Qur’an yang tidak hanya fasih membaca, tetapi juga memahami dan mengamalkan isi kandungannya. Semoga Allah SWT memberkahi setiap jengkal tanah di pesantren ini dan menjadikan setiap tetes keringat para pengelolanya sebagai amal saleh yang tidak terputus,” doa Syekh.

Doa yang tulus ini diamini oleh seluruh hadirin. Pimpinan pondok, KH. Choirul Anwar, S.Th.I, M.S. mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kunjungan bersejarah ini.

“Kami merasa sangat terhormat dan berterima kasih atas kehadiran Syekh. Nasihat dan doa beliau adalah motivasi terbesar bagi kami untuk terus berkhidmat dalam mendidik para santri,” ujar KH. Choirul Anwar, S.Th.I, M.S

Kunjungan ini ditutup dengan sesi foto bersama dan ramah tamah. Syekh Al-Kattani berpesan agar silaturahmi ini terus terjalin.

Beliau berharap suatu saat bisa kembali berkunjung ke Indonesia. Kunjungan Syekh Dr. Muhammad Yahya Al-Kattani Al-Azhari bukan hanya sekadar acara, tetapi sebuah peristiwa keilmuan dan spiritual yang akan terus dikenang oleh seluruh santri dan civitas akademika Pondok Tahfidz Modern Al-Aqsho Kudus.

Peristiwa ini menjadi bukti bahwa ilmu dan keberkahan tidak mengenal batas geografis, melainkan mengalir dari satu hati ke hati lainnya, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

(red)