Warga Dukuh Pranak Kudus Gelar Kirab Tujuh Tumpeng Sambut Maulid Nabi

Kudus6 Dilihat

KUDUS – Menandai awal bulan Rabi’ul Awwal (Maulud) masyarakat Dukuh Pranak mengadakan Kirab Tujuh Tumpeng menuju Sendang Kamulyan, Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Ahad (24/08/25).

Ratusan warga tumpah ruah memenuhi jalan utama membawa gunungan dan tumpeng untuk dibawa ke Punden Mbah Buyut Germi untuk dilaksanakan prosesi adat.

Ketua pelaksana, Muhammad Wahyudi, menjelaskan rute kirab dimulai dari lapangan desa. Kemudian berjalan mengelilingi desa, melewati beberapa titik lokasi sakral, seperti Gawangan dan perempatan Asem Bergat.

Di setiap titik tersebut masyarakat diajak napak tilas berhenti sejenak untuk berdoa, mengheningkan cipta. Upaya mengelilingi desa itu juga sebagai simbol perlindungan bersama. Dalam istilah jawa aktivitas tersebut disebut dengan “nyikeri” atau “mageri”.

“Simbol bahwa seluruh elemen masyarakat mampu dan bersedia untuk seguyup, rukun serta bersatu untuk melindungi desa beserta warganya,” kata Wahyudi.

Selanjutnya, dari perempatan Asem Bergat masyarakat menuju Punden Mbah Buyut Germi dan Sendang Kamulyan. Tujuannya tentu saja untuk sowan, tabarrukan dan menyucikan diri karena hendak menyambut bulan dilahirkannya Baginda Nabi.

“Kirab ini juga sebagai simbol persiapan lahir batin dilakukan secara kolektif sebagai tanda kecintaan masyarakat kepada Baginda Nabi Muhammad,” ujarnya.

Selain itu, ritual ini juga merupakan sarana menghormati Haul Buyut Germi selaku leluhur warga Pranak. Sebab seperti diketahui secara turun temurun bahwa haul aslinya adalah setiap Jumat Wage bulan Shafar.

Sebagai rangkaian dari kegiatan ini yaitu akan digelar pengajian umum dan doa bersama pada malam harinya, yakni Ahad malam Senin (24/08/25). Pada kesempatan malam nanti akan menghadirkan muballigh, KH. Mahyan Ahmad dari Kabupaten Grobogan.

“Acara ini digelar setiap tahunnya secara bergilir oleh masing-masing RT se-wilayah Pranak, Desa Lau,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Desa Lau, H. Rawuh Hadiyanto, menyambut positif atas diselenggarakannya kegiatan budaya Kirab Tujuh Tumpeng ini. Menurutnya, ritual ini bukan sekadar tradisi yang turun temurun. Namun juga simbol kerukunan warga dan sinergi antar elemen bangsa.

“Masyarakat bersama ulama, aparat desa, sipil, TNI-Polri bersatu dalam kegiatan ini. Semoga senantiasa terjaga sehingga fokus kita bukan lagi pada isu-isu remeh. Melainkan bagaimana kita bersama-sama memajukan Desa Lau tercinta,” katanya.

Tujuh Tumpeng, kata dia, bisa dimaknai sebagai perumpamaan “tujuan ingkang mempeng”. Artinya, semua yang ikut kirab secara tidak langsung sudah berikrar untuk satu tujuan pokok.

“Yakni berupa terwujudnya cita-cita kemakmuran bersama, keamanan dan keadilan untuk semua warga serta mendapat ridha Allah Ta’ala dan Rasul-Nya,” harapnya diamini seluruh warga.

(red)