Perjuangan Menggapai Mahkota: Nasihat Berharga di Haflatul Hidzaq ke-4

Kudus130 Dilihat

KUDUS – Suasana haru dan khidmat menyelimuti Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria dalam perayaan Haflatul Hidzaq Ke-4, Kamis Kliwon, 16 Dzulhijjah 1446 H.

Dalam kesempatan mulia ini, Dr. K.H. Ahsin Sakho Muhammad, M.A., pakar Al-Qur’an dan pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Qur’an Kebon Baru, Arjawinangun, Cirebon, menyampaikan mauidhoh hasanah yang penuh makna.

Dalam ceramahnya, K.H. Ahsin Sakho Muhammad menekankan bahwa menghafal Al-Qur’an bukanlah perjalanan yang mudah.

“Menghafal Al-Qur’an bukanlah proses yang mudah. Diuji hafalannya, hingga meraih puncak prestasi ini dengan gilang-gemilang,” ujar beliau.

Keberhasilan ini, lanjutnya, adalah berkat bimbingan Ilahi.

“Hasil-hasil yang semacam ini karena Allah-lah yang membimbing untuk bisa mondok dan menghafalkan Al-Qur’an di tempat yang mulia ini,” tegasnya.

Beliau juga mengingatkan para santri untuk senantiasa bersyukur.

“Bersyukurlah kepada orang tua serta ustadz ustadzah yang telah membimbing selama ini,” tambahnya.

Menjaga Hafalan Laksana Merawat Burung dalam Sangkar

K.H. Ahsin Sakho Muhammad memberikan perumpamaan yang mendalam untuk menggambarkan pentingnya menjaga hafalan Al-Qur’an.

“Ada sebuah ibarat, burung dalam sangkar. Ketika memeliharanya, harus diperhatikan makanan dan minumannya,” jelas beliau.

“Sama seperti ketika menjaga hafalan Al-Qur’an, jika tidak diperhatikan dan dijaga dengan baik, maka hafalan itu akan pergi meninggalkan kita, menyia-nyiakan energi luar biasa yang pernah kita gunakan,” tambahnya.

Beliau juga mengingatkan akan konsekuensi fatal dari kelalaian.

“Jangan sampai karena satu kesalahan saja, dapat berakibat fatal,” tutur beliau.

Oleh karena itu, beliau berpesan agar para santri senantiasa merutinkan nderes.

“Oleh karena itu, hendaklah para santri selalu nderes, menjaga hafalannya dengan baik,” kata K.H. Ahsin Sakho Muhammad.

Kemuliaan Ahlul Qur’an dan Tanggung Jawab Etika

Lebih lanjut, K.H. Ahsin Sakho Muhammad menyoroti proses menghafal Al-Qur’an yang merupakan sebuah perjalanan panjang.

“Proses menghafal Al-Qur’an jelas tidak mudah. Dari yang hanya membaca satu huruf saja, sampai kepada mahir menghafal, proses yang panjang itu seperti musafir,” ungkapnya.

Beliau menambahkan bahwa Allah SWT memberikan apresiasi yang tinggi kepada para penghafal Al-Qur’an.

“Allah memiliki keluarga dari kalangan manusia, yaitu para penghafal Al-Qur’an, para penjaga kalam Ilahi,” tuturnya.

Namun, kemuliaan ini datang dengan tanggung jawab besar.

“Para penghafal Al-Qur’an harus betul-betul mencitrakan Al-Qur’an Al-Karim, jangan sampai Ahlul Qur’an melakukan tindakan yang kurang baik. Harus menjaga etika di mana saja,” tutur K.H. Ahsin Sakho Muhammad, menegaskan pentingnya akhlak mulia bagi para penjaga kalam Ilahi.

(red)